Ruang lingkup psikologi pendidikan menurut Good & Broopy ( 1997 )
Hubungan antara psikologi dengan guru
Manajemen kelas : Perkembangan dan sosialisasi anak kepemimpinan dan dinamika kelompok, modelling, reward, punishment, extinction. Hasil – hasil penelitian manajemen kelas, persiapan dan pelaksanaan pengajaran yang baik.
Mengurai masalah belajar : pengertian, prinsip, perbedaan individu dalam belajar, model dan desain belajar dan prinsip pengajaran
Pertumbuhan dan perkembangan dalam pendidikan : Prinsop dalam perkembangan fisik, kognitif, sosial dan kepribadian, kreativitas dan aplikasinya dalam pendidikan
Motivasi : Pengertian, teori dan aplikasinya dalam pendidikan
Evaluasi dalam belajar : pengertian, macam, cara menyusun, prosedur penilaian, monitoring kemajuan siswa, validiras dan realibilitas penggunaan statistik dalam pengolahan hasil tes
Namun menurut Sumadi Suryobroto ( 1984 ) Ruang Lingkup psikologi pendidikan meliputi :
Pengetahuan tentang psikologi pendidikan : pengertian ruang lingkup, tujuan mempelajari dan sejarah munculnya psikologi pendidikan Pembawaaan
Lingkungan fisik dan psikologis Perkembangan siswa Proses – proses tingkah laku Hakekat dan ruang lingkup belajar Faktor yang mempengaruhi belajar Hukum dan teori belajar Pengukuran pendidikan Aspek praktis pengukuran pendidikan Transfer belajar Ilmu statistik dasar Kesehatan mental Pendidikan membentuk watak / kepribadian Kurikulum pendidikan sekolah dasar Kurikulum pendidikan sekolah menengah
ruanglingkup psikologi pendidikan
psikologi sosial
PENGERTIAN & RUANG LINGKUP PSIKOLOGI SOSIAL
By harismasterpsikology
pengertian
psikologi sosial sebagai ilmu yang merupakan cabang ilmu pengetahuanpsikologi
pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia
dalam hubungannya dengan situasi-situasi social, seperti situasi kelompok,situasi
massa dan sebagainya termasuk di dalamnya interaksi antara orang dan hasil
kebudayanya.
Psikologi social juga merupakan suatu ilmu pengetahuan baru dalam abad
modern. Ilmu ini mulai di rintis pada tahun 1930 di amerika serikat dan kemudian
juga di Negara-negara lain. Sebagai displin ilmu yang relatif baru dalam
perkembangannya ia banyak menggunakan materi-materi yang sudah tersedia
dalam disiplin ilmu social lainnya, seperti dari sosiologi dan antropologi misalnya
konsep-konsep tentang norrna,sruktur social dan peran adalah konsep yang di
ambil dari disiplin ilmu yang sudah lebih dahulu berkembang.
Pengkajian psikologi social dan ruang lingkupnya akan dapat member
gambaran tentang apa pengertian psikologi social dan apa saja yang menjadi objek
dalam studinya. Mempelajari modul Psikologi Sosial dan Ruang Lingkupnya
merupakan pangkal otakuntuk mengetahui lebih lanjut tentang prinsip-prinsip
maupun proses yang tingkah laku seseorang sebagai mahluk social.
Tujuan Instuksionaldiharapkan mampu :
a. Menjelaskan Pengertian Psikologi dan Psikologi Sosial
b. Menjelaskan Latar Belakang Timbulnya Psikologi Sosial
c. Menjelaskan Objek dan metode Psikologo Sosial
d. Menjelaskan Teori dalam Psikologi Sosial
RUANG LINGKUP PSIKOLOGI
Tulisan ini adalah tulisan kedua yang membahas seputar psikologi dari yang paling dasar. Jika di tulisan pertama saya menulis definisi psikologi, maka di tulisan kedua ini saya menulis tentang ruang lingkup psikologi. Bacaan bahasan ini adalah Pengantar Psikologi (jilid I edisi ke-11) Rita L. Atkinson dkk. Dalam buku tersebut, Atkinson tidak langsung menyebutkan apa saja yang dipelajari psikologi, tetapi ia memberi contoh untuk ditangkap sendiri oleh pembaca. Berikut saya kutip secara lengkap contoh-contoh tersebut:
1.Hidup dengan otak yang terbelah. Otak manusia dibagi menjadi hemisfer kiri dan kanan. Dalam keadaan normal, kedua hemisfer itu berhubungan satu sama lain melalui serabut-serabut syaraf. Tetapi sebagian orang yang menderita epilepsi parah menjalani pemutusan serabut-serabut tersebut secara bedah dan hidup dengan otak yang terbelah (pemisahan ini mencegah kejang yang berasal di salah satu hemisfer ke hemisfer lain). Interaksi kasual (sepintas) dengan orang lain tidak menyatakan sesuatu yang tidak lazim. Tetapi eksperimen psikologi sekarang menunjukkan bahwa orang dengan otak terbelah bisa memiliki persepsi dan pengalaman sadar yang tidak lazim, dan eksperimen tersebut menjelaskan banyak hal tentang kesadaran normal.
2.Ketakutan terkondisi (terbiasakan). Seekor tikus diletakkan di ruang tertutup dan secara berkala dihubungkan dengan kejutan listrik ringan melalui lanta. Tepat sebelum kejutan listrik terjadi, terdengar suatu bunyi nada. Setelah nada dan kejutan diberikan beberapa kali, bunyi nada saja akan menghasilkan reaksi yang menyatakan rasa takut, termasuk meringkuk dan defekasi. Hewan itu dikatakan mengalami suatu ketakutan terkondisi terhadap apa yang sebelumnya merupakan stimulus tak berbahaya (bunyi nada).
Banyak rasa takut yang dialami oleh manusia mungkin dipelajari dengan cara ini, terutama pada masa anak-anak dini. Bayangkan seorang anak kecil yang mengalami penyiksaan fisik atau emosional oleh kerabat tertentunya. Setelah sejumlah pengalaman menyakitkan, semata-mata mendengar suara kerabatnya itu dapat menimbulkan reaksi ketakutan pada anak. Ketakutan itu, yang dipelajari dengan sedikit pikiran atau kesadaran, sulit untuk dilawan dengan penenangan verbal (misalnya: “Tidak ada yang perlu ditakuti lagi sekarang”). Tetapi rasa takut dapat dikurangi dengan suatu bentuk terapi yang didasarkan pada prinsip pengkondisian (pembiasaan).
3.Amnesia masa anak-anak. Sebagian besar orang dewasa, bahkan yang telah lanjut usia, dapat mengingat peristiwa pada masa kecilnya, tetapi hanya sampai tingkat tertentu. Hampir tidak ada orang yang dapat mengingat peristiwa yang terjadi dalam 3 tahun pertama kehidupannya. Ambil contoh peristiwa penting seperti kelahiran adik. Jika kelahiran itu terjadi setelah anak berusia 3 tahun, ia mungkin memilikii suatu kenangan akan peristiwa tersebut. Jumlah yang dapat diingat semakin banyak lagi jika usia anak saat kelahiran itu lebih tua. Tetapi jika kelahiran adik terjadi sebelum usia 3 tahun, sebagian besar orang tidak dapat mengingat kejadian tentang peristiwa itu.
Fenomena ini, yang ditemukan oleh Sigmund Freud, dinamakan amnesia masa anak-anak (childhood amnesia). Hal ini sangat mengejutkan, karena tiga tahun pertama itu adalah tahun-tahun yang sangat kaya akan pengalaman. Sangat banyak hal baru yang tidak terjadi lagi: kita berkembang dari neonatus yang tidak berdaya menjadi bayi yang mulai merangkak dan berceloteh dan menjadi anak yang belajar berjalan dan bicara. Tetapi transisi yang luar biasa itu hanya meninggalkan sedikit jejak dalam kenangan kita.
4.Obesitas. Secara kasar diperkirakan 35 juta orang Amerika mengalami obesitas (kegemukan), yang secara teknik berarti mereka memiliki berat badan 30 persen atau lebih dari berat badan yang sesuai untuk struktur dan tinggi badannya. Obesitas menyebabkan meningkatnya insidensi diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung. Di ujung spektrum lainnya, sebagian individu (terutama wanita muda) menderita anoreksia nervosa, suatu gangguan di mana penderita membatasi makannya. Kadang-kadang sampai menimbulkan kelaparan bagi dirinya sendiri. Anoreksia dapat menyebabkan kematian.
Para ahli psikologi tertarik untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan orang makan terlalu banyak atau terlalu sedikit. Salah satu faktor tampaknya adalah riwayat kelaparan. Jika tikus pertama kali tidak diberi makanan, kemudian dibiarkan makan sebanyak mungkin, mereka makan lebih banyak dibandingkan tikus lain yang tidak memiliki riwayat kelaparan. Pada kasus ini, kelaparan sebelumnya menyebabkan makan berlebih selanjutnya. Ini dapat menjelaskan mengapa banyak kasus anoreksia secara paradoksikal mencatat pesta makan juga: kelaparan yang diperlukan untuk tetap kurus akhirnya menyebabkan makan berlebihan.
5.Ekspresi agresi. Banyak orang sekarang percaya bahwa mereka dapat menurunkan perasaan agresif mereka dengan mengekspresikannya secara langsung atau seakan-akan dialami oleh orang lain. Untuk mempelajari ekspresi agresi yang seolah-olah dialami oleh orang lain, para peneliti mengamati anak-anak yang sedang menonton televisi. Di dalam suatu penelitian, salah satu kelompok anak menonton film kartun yang penuh kekerasan, sedangkan kelompok lain menonton film kartun yang tanpa kekerasan, dengan jumlah jam tayang yang sama. Anak yang menonton film kartun dengan kekerasan menjadi lebih agresif dalam interaksinya dengan teman sebayanya, sedangkan anak yang menonton film kartun tanpa kekerasan tidak menunjukkan perubahan agresi. Selain itu, efek kekerasan pada televisi tersebut dapat bertahan lama: semakin banyak tayangan kekerasan dalam televisi yang ditonton oleh anak usia 9 tahun, semakin besar kemungkinan dirinya menjadi agresif pada usia 19.
(Rita L. Atkinson, dkk, Pengantar Psikologi (jilid 1 edisi ke-11), terj. Widjaja Kusuma (Batam: Interaksara, tanpa tahun), hlm. 15-19)
Dari kelima contoh di atas, bisa ditangkap bahwa yang dipelajari oleh psikologi adalah perilaku manusia. Cakupan ini sangat luas. Atkinson dkk mengakui hal ini. Dalam diskusi kelas akhir-akhir ini, saya sering mendengar bahwa kini psikologi semakin bisa diterapkan di semua aspek. Ungkapan yang lain adalah, “Psikologi tidak boleh dianggap sebagai ilmu yang sempit, karena psikologi bisa masuk di mana saja.” Kurang lebih alasannya adalah: karena di mana pun manusia berperilaku. Untuk mempelajari perilaku tersebut, psikologi mempelajari pula ilmu fisiologi (terutama terlihat pada contoh 1).
Pertanyaan besar yang menjadi semangat dalam psikologi adalah: “Mengapa orang berperilaku demikian?” Bagi orang yang belajar psikologi saat ini, mereka sudah memiliki alat analisis, yaitu aliran-aliran/perspektif-perspektif dalam psikologi itu sendiri.
Any Rufaidah, Depok, 3 Oktober 2009
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU
Pengaruh Lingkungan terhadap Perilaku
Telah dihipotesiskan bahwa lingkunganmempengaruhiperilaku di beberapatingkatan. Segera perilakumerupakanfungsi dari setting di mana ia terjadi. Misalnya,penataan furnitur di kamar mempengaruhi cara orang di ruangan ituberinteraksi.Karakteristik kepribadian make-up orang-orang di suatu negara dibentuk oleh sifatdan jenis lingkungan dimanamerekadikenakan untuk jangka waktu yang lama.perbedaan rasial dalam kepribadian dapat untuk sebagian besar ditelusuri ke pengaruhlingkungan yang berbeda dimana orang-orang dari ras yang berbeda telah dikenakanselama beberapa generasi (Moos 1976).Sebagai contoh, ia diduga bahwa iklimmempengaruhitemperamen. Iklimdingin mungkin membuat orang `Rajasik '. Kemungkinan pembekuan menginduksidan ketidakamanan di satu tempat dingin harus tetap bekerja untuk menghangatkantubuh. Orang-orang di daerah dingin harus merencanakan ke depan. menimbunmakanan dan kayu bakar dan membuat baju hangat dan sepatu untuk musim dingin.Lingkungan bermusuhan dan langka membuat orang agresif dan agresivitasmemerlukan kontrol moral buatan. Orang-orang di lingkungan sepertimengembangkan kecerdasan linier dan mereka menjadi praktis, pendekatan merekaterhadap lingkungan yang ditandai dengan salah satu agresi, kompetisi, eksploitasi
dan manipulasi. Dikatakan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi adalah hasil daripendekatan semacam ini terhadap lingkungan.Sebaliknya, orang-orang dalam iklim yang sangat hangatcenderung `Thamasik '. Temperamen semacam ini ditandai dengan kemalasan dan inersia. Ditempat yang sangat panas, tidak menyenangkan untuk tetap bekerja, karena keringatdan kelelahan. Di daerah tropis, musim tidak berubah banyak dan ekstraksisumberdaya mudah sepanjang tahun. Iklim semacam ini membuat untuk sikapmenyerah dan pendekatan terhadap lingkungan ditandai oleh rasa takut dan takhayul.Iklim moderat yang paling kondusif untuk temperamen `Sathwik '. Hal iniditandai oleh kesadaran diri sendiri dan hubungan lingkungan hidup untuk penyesuaian seseorang. Akibatnya pendekatan Sathwik melibatkan hidup harmonisdengan lingkungan. Wawasan ke dalam peran lingkungan dalam memimpin kamikesejahteraan untuk kebutuhan yang dirasakan untuk melestarikan lingkungan alam.Temperamen Sathwik bersifat holistik, intuitif dan seimbang.Setiap hewan di rumah dalam lingkungan alam dan dalam pengaturan tidak alami, perilaku yang menjadi gila. Telah ditunjukkan bahwa hewan memiliki perilakukebutuhan yang berhubungan dengan habitat alami mereka. Misalnya, beruang kutubyang menangkap ikan memiliki kebutuhan untuk melakukan gerakan-gerakan yangterlibat dalam penangkapan ikan. Dalam penangkaran, jika menanggung ini dirampaskesempatan untuk memuaskan kebutuhan ini, akan menunjukkan gejala perilakukelaparan, meskipun itu diberikan makanan yang cukup. Banyak dikurung hewanmenunjukkan gejala perilaku abnormal seperti kompulsi. Peningkatan kepadatanpenduduk di luar titik optimum juga merupakan bagian dari perubahan lingkungandan ini menyebabkan penduduk stres menyebabkan agresi dan gangguan perilaku.Banyak penelitian menunjukkan pengaruh buruk dari urbanisasi pada perilakumanusia (Baum et al 1978.). pola perilaku naluri manusia juga tampaknya memecahdalam kondisi perkotaan buatan dan kelebihan penduduk. Telah ditunjukkan bahwakejadian penyakit mental meningkat dengan urbanisasi. Insiden tertinggi skizofreniaadalah di pusat kota. Hanya sekitar seperlima dari penduduk kota-kota besar tampaknya relatif bebas dari gejala patologi melemahkan. Tingkat kejahatan di kotabesar meningkat pada tingkat yang sangat tinggi dan banyak kota-kota besar di dunia
KONSEP PSIKOLOGI LINGKUNGAN
Konsep Psikologi Lingkungan Perilaku Geografimempelajaripeta kognitif individu tentang lingkungannya.Ini jejak lingkungan nilai-nilai, makna dan preferensi. Perilaku petadisusunberkaitan kegiatan lingkungan. Garis untuk mewakiliarahgerakan, warna untuk mewakiliwaktu yang dihabiskan dan seterusnya adalah teknik yang digunakan dalampenyusunan petatersebut. Perilaku peta dapat dipersiapkan untuk perilaku eksplorasi,perasaanlingkungan, dll Lingkungan estetika studi preferensi dalam hal penilaianestetika. Baru-baru ini upaya telah dilakukan untuk berhubunganpreferensilingkunganuntuk karakteristik kepribadian, ras dan karakter nasional (Hall 1976;Berry 1976)
PSIKOLOGI LINGKUNGAN
PSIKOLOGI LINGKUNGAN
PsikologiLingkunganberkaitan dengan perilaku dalam kaitannya dengan lingkungan.Konsep tentang lingkungan dan preferensi estetika yangdipelajaridan disajikan dalampeta perilaku. Lingkungan mempengaruhi perilakupada tingkat yang berbeda. Segera perilaku merupakan fungsi dari setting di mana ia terjadi. kepribadian yangmake-uporang suatu negara dibentuk oleh sifat dan jenis lingkungan dimana merekatinggal. Dalam kondisi tidak wajar atau dikurunghewanmenunjukkan perilaku `kelaparan danperilaku mereka rusak. Penduduk stres dan karakter buatan kondisiperkotaanyangseharusnya menjadi alasan peningkatan tingkat kejahatan dan timbulnya gangguanmental masyarakat yang tinggal diperkotaan. Terapan Psikologi Lingkungan upayauntuk memberikannorma-normayang lebih baik untuk manajemenlingkunganuntuk kehidupan yang lebih baik dan pengembangan kepribadian. Ini mempelajari cara-carayang efektif untuk mempromosikankonservasi lingkungan alam dan cara-cara yang lebihbaik untuk merancangbangunan, kota dan kota-kota, dengan mempertimbangkankebutuhanperilaku dan tanggapan orang-orang.1. Pengantar PsikologiLingkungan berkaitan dengan perilaku sehubungan denganlingkungan fisik. Lingkungan fisik meliputi objek material, tanaman, hewan danmanusia. Psikologi Lingkungan tidak menekankan proses interaksi antara orang-orang, yang merupakan subyek cabanglain dari Psikologi. PsikologiLingkungan mengikuti pendekatan sistem yang telah menjadi pendekatan modern dalam beberapacabang ilmupengetahuan. Ini adalah holistik dannaturalistik dan studi adaptasi organisme ke pengaturan mereka. Organisme yang dipelajari sebagai bagian dariekosistem, menekankan keseimbangan dan saling ketergantunganantaraorganismedan lingkungan `. Bidang ilmupengetahuan ini mengambil bentuk selama tahun1960-an dan `Psikologi Lingkungan Penduduk 'dan telah dimasukkan sebagai sebuahdivisidariAmerican Psychological Association. Pentingnya lapangan telahmeningkatdalam beberapa tahun terakhir karenapeningkatan perhatian dengan lingkungan yang dihasilkan dari masalahpencemaran, masalah yang ditimbulkan oleh ledakan penduduk,terkurasnyasumber daya alam dandirasakan perlu untuk melestarikanhutan belantara.
PSIKOLOGI LINGKUNGAN perkotaan
Psikologi Perkotaan adalah bidang ilmu yang menganalisis pengaruh penataan ruang kota terhadap faktor psikologis penghuninya. Buku ini mengulas tentang psikologi lingkungan perkotaan dengan bahasan yang mengacu pada warga Jakarta yang bercermin pada warga dunia.
Penulis menjabarkan pentingnya pertimbangan faktor psikologis penghuni dalam penataan kota karena manusialah tujuan utama dalam perencanaan dan pengembangan kota.
Melihat kota dari aspek psikologisnya. Buku ini dapat membantu para pejabat pembuat kebijakan publik, para profesional, akademisi dan mahasiswa psikologi, arsitektur dan perencanaan kota, serta masyarakat umum untuk mempelajari dimensi manusia yang jauh lebih penting ketimbang aspek teknis dalam merencanakan sebuah kota karena manusialah tujuan utama dari perencanaan dan pengembangan kota, dan tentu saja kepada para profesional dan akademisi di bidang psikologi dan konseling yang memiliki minat dalam psikologi perkotaan.
Ambient Condition & Architectural Features
AMBIENT CONDITION ialah Kualitas fisik dari keadaan yang mengelilingi individu.. Menurut Rahardjani (1987) dan Ancok (1988) beberapa kualitas fisik yang mempengaruhi perilaku, seperti : kebisingan, temperature, kualitas udara, pencahayaan dan warna.
Ancok (1989), keadaan bising dan temperature yang tinggi akan mempengaruhi emosi para penghuni. Emosi yang semakin kurang dapat di control akan mempengaruhi hubungan sosial di dalam dan di luar rumah. Menurut Rahardjani (1987) kebisingan juga mengakibatkan menurunya kemampuan untuk mendengar dan turunya konsentrasi belajar anak. Holahan (1982) tingginya suhu dan polusi udara paling tidak menimbulkan dua efek, yaitu efek kesehatan dan efek perilaku.
ARCHITECTURAL FEATURES yang tercakup di dalamnya adalah setting yang bersifat permanent. Misalnya di dalam suatu ruangan, yang termasuk di dalamnya antara lain konfigurasi dinding, lantai, atap, serta pengaturan perabot dan dekorasi. Di dalam architectural features meliputi lay out tiap lantai, desain dan perlakuan ruang dalam dan sebagainnya..
RUANG LINGKUP PSIKOLOGI LINGKUNGAN
Ruang lingkup Psikologi lingkungan lebih jauh membahas tentang rancangan (design), Organisasi dan Pemaknaan. Ataupun hal yang spesifik seperti ruang, bangunan, ketetanggaan, rumah sakit dan ruangnya serta setting-setting lain pada lingkup bervariasi (Proshansky, 1974).
Jenis-jenis lingkungan di dalam sosiologi lingkungan yang beberapa di antaranya juga banyak digunakan dalam psikologi lingkungan adalah (Sarwono, 1992):
1. Lingkungan Alamiah (Natural Environment) seperti : lautan, hutan, dsb
2. Lingkungan Binaan / Buatan (Build environment) seperti : jalan raya, taman, dsb
3. Lingkungan Sosial
4. Lingkungan yang di Modifikasi
Sementara itu, Vietch dan Arkkelin (1995) menetapkan bahwa psikologi lingkungan merupakan suatu area dari pencarian yang bercabang dari sejumlah disiplin, seperti biologi, geologi, psikologi, hukum, geografi, ekonomi, sosiologi, kimia fisika, sejarah, filsafat, beserta sub disiplin dan rekayasanya.
DEFINISI PSIKOLOGI LINGKUNGAN
DEFINISI PSIKOLOGI LINGKUNGAN
Dari sejarah singkat diatas dapat kita peroleh gambaran tentang apa itu psikolgi lingkungan, namun akan lebih baik jika kita melihat definisi psikologi lingkungan dari para tokoh yang telah mendefisikannya.
Gifford (1987) mendefinisikan psikologi lingkungan sebagai studi dari transaksi di antara individu dengan setting fisiknya. Dalam transaksi tersebut individu mengubah lingkungan dan sebaliknya pengalaman dan perilaku individu diubah oleh lingkungan.
Hardjowirogo, seorang antropolog, menulis bahwa tidak ada jaminan akan keefektifan mawas diri. Ungkapan itu telah surut menjadi sekadar penghias buah bibir. Perubahan zaman telah membawa pula fungsi mawas diri menjadi pengucapan belaka.
Heimstra dan Mc Farling (dalam Prawitasari,1989) menyatakan bahwa psikologi lingkungan adalah disiplin yang memperhatikan dan memperlajari hubungan antara perilaku manusia dengan lingkungan fisik. Dari penjambaran diatas dapat kita simpulkan bahwa psikologi lingkungan adalah cabang ilmu psikologi yang mempelajari hubungan antara pengalaman manusia dengan setting social dan tempat dimana ia tinggal.
sejarah psikologi lingkungan
LATAR BELAKANG SEJARAH PSIKOLOGI LINGKUNGAN
Psikologi bagi kita mahasiswa psikologi bukanlah ilmu khusus yang hanya mempelajari tentang masalah kejiwaan seseorang lagi. Namun psikologi meruapakan ilmu yang mencabangkan ilmu-ilmu lain yang sejenis namun memiliki perbedaan sudut pandang dalam suatu pembahasan. Manusia lahir dengan membawa sifat keturunan dari induknya, namun akan lebih bijaksana jika kita juga dapat memsukan unsur lingkungan yang juga merupakan pembentuk dari karakteristik manusia. Asumsi inilah yang menjadi asumsi psikologi lingkungan.
Sebagai contoh saja, para ahli menghubungkan tentang perbedaan antara pola asuh masyarakat yang menetap dengan masyarakat yang nomaden (berpindah-pindah sesuai dengan dimana sumber makanan dan air berada). Barry, Child dan Bacon (dalam Veitch & Arkkelin, 1995) memberikan pendapat bahwa manusia yang lahir dan besar dalam masyarakat yang tinggal menetap diajarkan atau ditanamkan rasa tanggung jawab, ketaatan dan patuh, mungkin karena sebagian besar masyarakat ini sudah lebih modern dibanding dengan masyarakat nomaden sehingga sumber makanan mereka di dapat secara bertanam atau berternak, sehingga dibutuhkan tanggung jawab untuk menjaga agar tanaman dan ternak dapat diambil hasilnya pada waktu yang telah ditentukan.
Sedangkan masyarakat nomaden akan mempersiapkan masyarakatnya untuk mandiri dan berakal, sehingga mereka dapat bertahan dalam rentan waktu pencarian “rumah” baru dengan keadaan alam yang tidak menentu dan sulit untuk diprediksi.
Contoh-contoh tersebut dapat memberi kita gambaran tentang pentingnya setting ekologi dan pola sosialisasi yang dimana keduanya secara umum masuk kedalam setting lingkungan. Dan bagaimana lingkungan tersebut dapat mempengaruhui sikap manusia.