arti dari sebuah kehidupan

dalam kehidupan ini, kita sebagai manusia seringkali melupakan atau bahkan tidak ambil pusing terhadap segala sesuatu yang ada disekitar kita. Entah itu bersikap tidak perduli ataupun justru karena terlalu sibuk dengan urusan dan pekerjaan sehari-hari, kita tidak menyadari hal terpenting dari hidup kita sendiri. Hal besar yang justru menjadi begitu kecilnya, hingga kita tidak menyadari atau bahkan tidak menganggapnya ada.

Lalu, apakah hal tersebut? Ya, hal-hal yang sering terlewat oleh perhatian kita sebagai manusia yang terlalu disibukkan oleh aktifitas yang makin padat setiap detiknya. Misalnya saja sikap kasih. Kasih merupakan akar utama dari banyak hal perbuatan positif yang dapat kita berikan, tidak saja bagi orang terdekat kita, namun juga bagi banyak orang lain. Termasuk orang-orang yang kita juga tidak kenal secara pribadi.

Kasih menciptakan suatu titik dasar yakni sikap “peduli”. Sikap yang menjadi awal mula dari suatu perbuatan baik kita untuk orang-orang disekitar kita.

Nah, kesibukan inilah yang tanpa disadari justru menjauhkan diri kita sebagai manusia secara hakiki pada sikap “peduli” tadi.

Anda tidak perlu berfikir jauh. Banyak cara melakukan kepedulian. Banyak orang juga melakukan kepeduliannya dengan mengusung kepedulian terhadap anak-anak terlantar, penderita Aids, kelaparan, bencana alam, dan masih banyak lagi.

Tetapi, ada yang terlewatkan. Apakah Anda menyadarinya? Kasih tidak bermula dari sesuatu yang besar atau bercakupan luas. Kasih muncul dari cakupan terkecil yang maknanya ternyata sangat besar dalam kehidupan kita. Ya, benar, itu adalah keluarga. Dari keluarga, kasih akan menjalar mewarnai kehidupan dalam persahabatan kita, menjalar kembali dalam kehidupan pekerjaan kita, terus dan terus. Hingga kasih akan menjalar mewarnai sesuatu yang sifatnya lebih besar lagi bahkan bersifat global.

Bagaimana tidak? jika kita tidak dapat mengasihi orang terdekat, yakni keluarga kita sendiri, tidak akan mungkin kita dapat dikatakan mengasihi orang lain. Seringkali kita justru terlalu mengambil peduli yang baik pada keadaan dan keprihatinan terhadap sesama (orang lain) dan melewatkan keluarga kita sendiri. Bagaimana mungkin, kita dapat mengasihi secara tulus sesama kita dalam cakupan lebih luas lagi, jika kita tidak memiliki kasih yang besar pada orangtua kita, pada adik/kakak, pada anak, pada suami, pada istri, pada anggota keluarga lainnya. Disaat Anda mengatakan kepedulian Anda untuk para korban perang, para korban bencana-dan di waktu yang sama Anda sangat tidak mengasihi istri Anda, suami Anda, orang tua Anda atau anak Anda sendiri. Menurut saya pribadi, Anda tidaklah memiliki kasih sejati jika demikian.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar